Rupanya kami sedikit beruntung ketika turun dari Penanjakan, kabut mulai hilang dan WOOOW... lansekap Gunung Bromo dengan lautan pasirnya ditambah dengan cahaya matahari yang samar-samar tertutup awan menyapa kita selama selama perjalanan. Hingga salah satu dari teman kami mencolek di supir, "Pak, boleh berhenti sebentar? Kami mau foto-foto lagi soalnya tadi diatas ada kabut" dan supir-pun meng-iya-kan.
Foto Dulu |
Foto Lagi |
Akhirnya sampai juga di area kawah bromo. Dan ketika kami mau turun dari Hardtop, sudah banyak penduduk setempat yang menawarkan jasa naik kuda untuk menuju tangga kawah bromo. Karena kami masih muda dan berkantong mahasiswa, jadi kami sepakat untuk berjalan kaki. Hehehehe...
Hal pertama ketika sampai disini adalah jelas...foto-foto lagi. Beberapa dari kami terlihat sangat girang ketika melihat lautan pasir seluas ini, mungkin karena terlalu muak dengan lika-liku kehidupan kota yang sempit.
Tujuan kami mendaki Gunung Bromo ini selain untuk wisata, kami ingin mengibarkan bendera himpunan di kampus kami, sehingga kami tentu saja mencari tempat yang pas untuk mengibarkan bendera berukuran 4x4 meter ini. Dan akhirnya kami mendapatkan tempat itu.
Bendera Himpunan |
![]() |
12 cm, yang satunya motret hehehe |
Setelah berjalan melalui lautan berpasir, langkah terakhir adalah menaiki 200 lebih anak tangga untuk menuju ke bibir kawah. Mau tidak mau kami harus melakukan itu. Karena tangga yang disediakan sangat sempit, pihak dari Bromo menyediakan 3 tempat istirahat di sepanjang tangga itu. Setelah menaiki tangga yang kelihatannya sedikit itu, akhirnya kami sampai di bibir kawah. Dan lagi-lagi pemandangan eksotis menyapa kami.
Cuplikan perjalanan kami dari tempat parkir (tertutup awan) sampai tempat foto ini diambil |
Setelah foto-foto diatas bibir kawah, akhirnya kami turun untuk melanjutkan perjalanan kami menuju lokasi ketiga, pasir berbisik. Karena harus melewati tangga lagi dan kondisi kami yang sudah cukup lelah, beberapa dari kami memilih untuk nggelundung lewat bukit pasir daripada harus menuruni tangga.
Pasir berbisik adalah salah satu lokasi di kawasan Gunung Bromo yang menyerupai padang pasir. Konon katanya kalau angin sangat kencang dan mengenai butiran pasir yang ada disini akan mengeluarkan suara layaknya orang berbisik, karena itulah lokasi ini disebut pasir berbisik.
Bendera himpunan di pasir berbisik |
Narsis dulu di pasir berbisik |
Cihuuuuuuuuuyyyy |
Lokasi terakhir adalah padang savana atau bukit teletubies. Disebut demikian karena kontur tanah disini menyerupai bukit berumput seperti pada film animasi teletubies. Kami sampai disini sekitar jam 10 pagi dan perut sudah mulai meraung-raung lagi. Untung pada saat kami datang ada penjual makanan disini dan sejenak kami mengisi perut karena sudah lapar ditambah dengan udara dingin yang menusuk.
Yeah! |
Foto dulu depan hardtop |
Sok-sok jadi model |
Kumpul dulu |
Tidak terasa waktu menunjukan pukul 11 siang dan gerimis mulai turun. Supir-pun menghampiri kami agar bergegas kembali ke guest house dan bersiap balik ke Surabaya.
Perjalanan ini diikuti 12 orang termasuk saya sebagai penulis. Diantaranya ada:
1. Joshua Argentino
2. Wayan Nanda
3. Satria Dharmawan
4. Afif Arsyad
5. Anoraga Jatayu
6. Endy Hernowo
7. Wihelwina
8. Selvy Rizqia
9. Dian Nur'afalia
10. Mega Suryaningsih
11. Lidya Yohana
Sekian.