Halaman

Jumat, 24 Januari 2014

Kabut-pun Tak Akan Mengalahkan Pesonamu (Part 1)

"Sebuah perjalanan yang panjang diawali oleh satu langkah yang pasti"

Sore itu, kami berangkat dari Surabaya menggunakan dua mobil. Kami akan melakukan perjalanan menuju Gunung Bromo. Perjalanan ini sengaja kami lakukan mendadak karena dua hari lagi beberapa teman kami akan "mudik" ke kampung halamannya. 

Awalnya perjalanan lancar-lancar saja hingga pada suatu saat kami tersesat melalui jalur yang berbeda menuju Gunung Bromo. Seperti kata pepatah "banyak jalan menuju Roma" tapi disaat seperti ini pepatah "banyak jalan menuju Bromo" akan lebih tepat. Untuk menuju kawasan Gunung Bromo memang dapat dilalui banyak jalur, tapi kali ini kami ingin melewati daerah Tongas-Sukapura-Ngadisari. Ya, memang ini adalah jalur yang paling mudah dilewati untuk menuju kawasan Gunung Bromo. 

Matahari sudah tidak menampakkan dirinya, dan beberapa teman kami meraung-raung karena kelaparan. Memang, mulai dari siang hari kami belum menyantap makanan sedikitpun karena harus bersiap-siap untuk liburan kali ini. Akhirnya kami berhenti sejenak di restoran "Rawon Nguling" yang katanya rawon paling enak di dunia, sampai presiden kita aja pernah berkunjung kesini hanya untuk makan rawon. 



Setelah perut dan baterai handphone terisi, kami melanjutkan perjalanan. Kondisi sudah gelap dan kami harus ekstra hati-hati karena jalur menuju kawasan Gunung Bromo ini cukup berbahaya jika malam hari. Jalan kecil tanpa lampu penerangan menemani kami selama perjalanan. 

Sampai juga kami di desa Ngadisari, desa paling ujung jika kita ingin ke Gunung Bromo. Disini kami disambut oleh cuaca dingin dan berkabut, tapi semua itu tidak menurunkan euforia belanja baju hangat untuk persiapan dini hari esok. Setelah check in di sebuah guest house milik Pak Santriman selaku penduduk setempat dan juga mempersiapkan kendaraan untuk esok, kami bergegas istirahat karena perjalan kami selanjutnya dimulai jam 3 pagi!

Untuk menikmati pesona alam Gunung Bromo, semua kendaraan umum diberhentikan di desa ini dan tidak boleh memasuki "kawasan berpasir" Gunung Bromo. Maka dari itu, kami sebagai pelancong harus menyewa sebuah Hardtop untuk berkeliling di sekitar kawasan Gunung Bromo, biayanya cukup mahal sekitar 400 ribu untuk 2 lokasi wisata dan 600 ribu untuk 4 lokasi wisata. 

Waktu sudah menunjukan pukul 02.00, beberapa dari kami sudah bangun untuk bersiap-siap. Dan tepat jam 03.30 kita berangkat menuju lokasi pertama, Penanjakan. Disini kita bisa melihat keindahan Gunung Bromo dari atas. Setelah menempuh perjalanan selama kurang lebih 30 menit, sampailah kita di Penanjakan. Tapi hal yang aneh terjadi disini, banyak sekali orang yang menyewakan baju hangat, tidak seperti beberapa waktu lalu, memang beberapa dari kami pernah ke Gunung Bromo dan tidak melihat fenomena seperti ini di Penanjakan. Dan ternyata........ Kabut yang sangat tebal turun. Oke, mungkin ini hanya sesaat pikir kami. Tapi setelah melakukan sholat subuh dan menuju titik untuk melihat view Gunung Bromo, Yeah! Kabut tidak kunjung hilang hingga waktu menunjukan pukul 06.00. Memang untuk melihat view Gunung Bromo disini kita harus mengandalkan keberuntungan apalagi disaat musim hujan seperti ini. 

Dasar anak muda, walaupun tidak bisa memotret Gunung Bromo karena tertutup kabut, motret diri sendiri juga okeeee. 

Narsis di Tengah Kabut
Sudah Agak Terang
Depan Pintu Masuk View Point
Setelah asik dengan kegiatan foto-foto, selanjutnya kami sarapan di dekat pintu masuk View Point. Dan menu makanannya adalah.... Mie rebus pake telur! 

Makan Dulu

Minumnya Susu Coklat

Lanjut ke part 2 yaaaaa....